EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA
Pendahuluan
Evaluasi pembelajaran dapat
diartikan, sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
hasil pengajaran atau dari sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia
pendidikan. Dalam kegiatan evaluasi setidaknya ada dua kegiatan yaitu mengukur
dan menilai. Evaluasi yang pertama merupakan kegiatan yang bersifat kuantitatif
sedangjkan yang kedua merupakan kegiatan yang bersifat kualitatif. Evaluasi
kedua kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan yang berbeda. Untuk
merealisasikan kegiatan evaluasi di perlukan alat tertentu,di antaranya adalah
tes selanjutnya penulis mencoba untuk membahas masalah teks dan aspek-aspek
uang terkait.
Menurut
Oemar Hamalik (2008:210), evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang
pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang
dibuat dalam rancang suatu sistem pengajaran. Rumusan ini memiliki tiga
implikasi: pertama, evaluasi ialah suatu proses yang terus-menerus, bukan hanya
pada akhir pengajaran tetapi dimulai sebelum dilaksanakannya pengajaran sampai
dengan berakhirnya pengajaran. Kedua, proses evaluasi senantiasa diarahkan ke
tujuan tertentu, yaitu untuk mendapatkan jawaban tentang bagaimana memperbaiki
pengajaran. Ketiga, evaluasi menuntut penggunaan alat-alat ukur yang akurat dan
bermakna untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan.
Evaluasi juga merupakan kegiatan mengukur dan menilai (Arikunto, 1993).
Mengukur ialah kegiatan membandingkan sesuatu dengan satu ukuran, sedangkan
menilai ialah mengambil sebuah keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran
baik/buruk.
1. Uraian Tes
Menurut
Arikunto (1984) tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektf
untuk memperoleh data-data atau keterangan yang di inginkan tentang seseorang,
dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.
Sedangkan
menurut Nurkancana(1986) tes adalah suatu cara ubtuk mengadakan penilaian yang
berbentuk suatu tughas atau serangkaian tugas yang harus di kerjakan oleh anak
atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku
atau preswtasi anak tersebut, yang dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh
anak- anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan .
Jadi
pengertian tes menurut definisi tersebut apabila dikaitkan dengan pelaksanaan
proses pembelajaran dikelas maka tes adalah suatu alat yang di gunakan oleh
pengajar untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan peserta didik dalam
memahami suatu materi yang telah diberikan oleh pengajar.Dalam hal ini
penggajar akan melaksanakan dua kegiatan yaitu:
1.
Mengukur
peserta didik
2.
Mengukur
keberhasilan program pengajaran
2.
Tujuan
Menurut
Harris ( 1968 ) tujuan tes secara umum adalah sebagai berikut:
- Untuk menunjukan kesiapan program pembelajaran.
- Untuk mengklasifikasi atau menempatkan peserta didik pada kelas bahasa.
- Untuk mendiaknosis kekurangan dan kelebihan yang ada pada peserta didik.
- Untuk mengukur prestasi peserta didik.
- Untuk mengevaluasi efektivitas pembelajaran.
3. Kategori
tes
Kategori tes secara garis besar
dibagi menjadi empat kelompok, yaitu Proficienci, Placement, Diagnosis, Achievement
(Brown, 1995).
Proficienci
Tes proficienci digunakan
untuk mengukur kemampuan bahasa tanpa memperhatikan pengetahuan yang telah
diperolehdari suatu pelatihan atau apapun. Sedangkan menurut (Hadrey, 2001) tes
proficienci digunakan untuk mengukur kompetensi umum bahasa kedua yang dimiliki
oleh seseorang tanpa mengikuti kurikulum khusus atau belajar secara formal.
Apabila kita menyimak definisi tersebut maka materi tes proficienci tidak
mengacu pada tujuan kurikulum atau khusus bahasa tertentu, tetapi merujuk pada
spesifikasi yang ditenyukan oleh lembaga tertentu sehingga testee dianggap profisien untuk mengikuti suatu program.
Placement
Tes placement digunakan
untuk dapat menentukan dengan pasti dikelompok mana seorang peserta didik harus
ditempatkan. Sekelompok peserta didik yang mempunyai hasil penilaian yang sama,
akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.
Diagnosis
Dengan cara ini pengajar
akan mengetahui kelebihan dan kekurangan peserta didiknya. Selanjutnya pengajar
akan mengetahui pula penyebab kelemahan peserta didiknya sehingga pengajar akan
mencari solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan peserta didik tersebut.
Achaievement
Tes ini dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa jauh suatu program berhasil diserap oleh peserta didik.
4. Analisis
hasil tes
Setelah mengerjakan tes tertentu
peserta didik akan memperoleh skor mentah. Skor ini belum menggambarkan posisi
peserta didik baik itu secara individu maupun secara kelompok. Untuk memperoleh
gambaran yang tepat dimana posisi peserta didik, maka skor mentah tersebut
harus di ubah menjadi skor standar yang merujuk kepada norma tertentu. Menurut
Brown (1995) ada dua cara mengumbah skor mentah menjadi skor standa, yaitu:
a.
Criterion-referenced
test (CRT)
Didalam penggunaan criterion-referenced test atau
penilaian acuan patokan (PAP) (Nurkancana, 1986), tes peserta didik
dibandingkan dengan sebuah standar tertentu yang ditetapkan oleh pengajar atau
pembuat tes berdasarkan jumlah soal, bobot soal dan presentase penguasaan yang
disyaratkan. Dengan demikian skor standar yang diperoleh peserta didik akan
mencermikan terhadap materi yang diberikan.
b.
Norm-referenced
test (NRT)
Didalam
penggunaan norm-referenced test atau penilaian acuan norma (PAN)
(Nurkancana,1986), tes peserta didik dibandingkan dengan nilaiatau hasil tes
peserta didik lain yang dijadikan seabagai patokan. Patokan atau norma disusun
secara relatif berdasarkan distribusi skor yang dicapai oleh peserta didik yang
ikut tes. Jadi skor standar yang diperoleh peserta didik mencerminkan status
peserta didik tersebut didalam kelompok.
1. Perbedaan
antara CRT/PAN atau Norma Absolut dengan NRT/PAP/Norma Relatif
Berdasarkan paparan diatas maka
perbedaan antara CRT/PAN/Norma Absolut dengan NRT/PAP/Norma relatif terletak
pada perbandingan skor mentah yang diperoleh peserta didik. CRT/PAN
membandingkan skor mentah dengan norma atau kriteria tertentu yang ditetapkan
oleh pengajar atau pemberi tes, sedangkan NRT/PAP/Norma relatif membandingkan
skor mentah dengan skor standart yang dijadikan sebagai patokan atau acuan.
2. Uji
Validitas, Reliabilitas
Setiap penyusunan instrumen dalam
penelitian selalu memperhatikan beberapa pertimbangan seperti: apa yang hendak
diukurnya, apakah data yang terkumpul relevan dengan sifat atau karakteristik
yang dikehendaki, dan sejauh mana perbandingan skor yang diperoleh
menggambarkan karakter yang akan diukur. Dengan demikian, Uji Validitas digunakan
untuk mengetahui tingkat kesahihan instrumen yang digunakan.
Soewarno
(1987) memberikan 2 karakter validitas yang baik yaitu:
1.
instrumen
yang pengukurannya harus benar-benar mengukur konsep teori yang dianut dan
bukan konsep lainnya, dan
2.
konsepnya
diukur dengan tepat.
Sebuah
instrumen diketahui tingkat validitas internalnmya apabila butir-butir dan
faktor-faktor yang membentuk instrumen tersebut tidak menyimpang dari fungsi
instrumen. Uji validitas eksternal dilakukan setelah melalui uji coba kepada
responden yang diambil sebagai subjek uji coba.
Untuk menentukan koefisien korelasi sebagai
suatu alat ukur yang valid, Balian (1988) memberikan pedoman sebagai berikut:
Hasil perhitungan t untuk
mengukur validitas instrumen biasanya dilihat pada bagian lampiran. Dalam
daftar lampiran tersebut pada umumnya diajukan rumus seperti berikut:
∑X1 = 752,00
∑X2 = 732,20
∑X12 =
31776, 72
∑X22 =
30000, 84
Rata-rata X1 = 41,78
Rata-rata X2 = 40,68
Reliabilitas mengandung pengertian
bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Menurut Arikunto (1986), instrumen yang
baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih
jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel,
akan menghasilkan data yang dipercaya pula. Apabilah datanya memang sesuai
dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama. Reabilitas
menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya,
dapat diandalkan.
Sedangkan Nasution (1996)
mengatakan bahwa alat ukur itu reliabel bila alat itu dalam mengukur suatu
gejalapada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Jadi
alat yang reliabel secara konsisten memberi hasil ukuran yang sama.
Reabilitas instrumen
dapat diuji dengan dua cara, yaitu uji reliabilitas eksternal. Dengan
pengertian bahwa jika ukuran atau kriterianya berada diluar instrumen, maka
dari hasil pengujian ini di peroleh reliabilitas eksternal, sedangkan
reliabilitas internal diperoleh berdasarkan data dari instrumen saja.
7. Analisis
Butir Soal Esai
Untuk tes yang berbentuk esai,
penghitungan indeks tingkat kesulitan dan indeks daya berbeda dipergunakan
rumus sebagai berikut :
Indeks Tingkat Kesulitan =
Tingkat Daya Beda =
Keterangan :
Sn :
jumlah skor benar dari kelompok tinggi
S1 :
jumlah skor benar dari kelompok rendah
Skor maks :
Skor maksimal suatu butir soal
Skor min :
Skor minimal suatu butir soal
N :
jumlah subjek kelompok tinggi atau rendah (27,5%)
Berikut
ini adalah kategori derajat kesulitan yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (1995)
:
Derajat
Kesulitan
|
Kategori
|
0,00 – 0,14
0,15 – 0,85
0, 86 –
1,00
|
Sukar
Sedang
mudah
|
Sedangkan untuk kategori daya beda soal, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Daya
Pembeda
|
Kategori
|
0,40 – 1,00
0,30 – 0,39
0,20 – 0,29
0,00 – 0,19
|
Baik
Sekali
Baik
Sedang
Buruk
|
8.
Teknik Evaluasi
a. Teknik-Teknik untuk Menilai Pengetahuan
Evaluasi akhir pengajaran terhadap ketercapaian tujuan-tujuan aspek pengetahuan
(knowledge) perlu dilakukan secara terpisah. Untuk menguji pengetahuan dapat
digunakan pengujian sebagai berikut.
1) Teknik penilaian aspek pengenalan (recognition)
Caranya, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan bentuk pilihan berganda, yang
menuntut siswa agar dapat melakukan identifikasi tentang fakta, defenisi, dan
contoh-contoh yang betul (correct)
2) Teknik penilaian aspek mengingat kembali (recall)
Caranya, dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka-tertutup langsung untuk
mengungkapkan jawaban-jawaban yang unik.
3) Teknik penilaian aspek pemahaman (comprehension)
Caranya, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut identifikasi
terhadap pernyataan-pernyataan yang betul dan yang keliru, konklusi, atau klasifikasi,
dengan daftar pertanyaan matcing (menjodohkan) yang berkenaan dengan konsep,
contoh, aturan, penerapan, langkah-langkah dan urutan dengan pertanyaan bentuk
essay (open ended) yang menghendaki uraian, perumusan kemnbali dengan kata-kata
sendiri dan contoh-contoh.
b. Teknik Evaluasi Akhir Pengajaran
Teknik-teknik evaluasi dilaksanakan pada akhir pengajaran yang mencakup
evaluasi terhadap perilaku keterampilan (skilled performance) dan evaluasi
terhadap aspek pengetahuan (knowledge). Perilaku keterampilan meliputi
keterampilan kognitif, afektif, psikomotorik, reaktif, serta interaktif.
Pengetahuan meliputi aspek-aspek pengenalan (recognition), ingatan (recall),
dan pemahaman (comprehension).
9.
Strategi Kontrol Pengajaran
Ada 3 pertanyaan yang perlu dijawab sebagai dasar pertimbangan dalam mendesain
strategi control dalam kerangka system pengajaran, yaitu :
a) Bagaimana kita menentukan hasil-hasil pengajaran yang telah kita laksanakan?
Pertanyaan ini berkenaan dengan masalah pengukuran hasil (output measures).
b) Faktor-faktor apa yang harus dikontrol jika pengajaran harus dihentikan?
Pertanyaan itu berkenaan dengan control hasil pengajaran (output control).
c) Siapa yang membuat keputusan dan dasarnya apa, bahwa pengajaran hrus
dimulai, diselenggarakan, dan dihentikan?
a. Pengukuran Hasil Belajar
Ada 2 pendekatan yang dapat digunakan dalam pengukuran hasil belajar siswa,
yaitu :
1) Pendekatan acuan norma (norm referenced approach ) yaitu pendekatan yang
bertitik tolakdari hasil-hasil belajar yang diharapkan secara normal, yang
berdasarkan pada asumsi bahwa kurva distribusi normal yang menyajikan banyak
karakteristik manusia juga banyak diterapkan dalam distribusi belajar suatu
system instruksional.
2) Pendekatan acuan kriteria ( criterion referenced approach )yaitu pendekatan
yang berdasarkan kriteria yang diinginkan agar dicapai oleh siswa dalam proses
belajar. Ukuran-ukuran itu bukan berdasarkan pada ukuran kelompok, melainkan
berdasarkan pada apa yang dicapai oleh siswa itu sendiri.
b. Pengontrolan hasil pengajaran
Control hasil adalah faktor-faktor yang mengontrol kapan dan bagaimana siswa
dapat melaksanakan sistem. Faktor-faktor terdiri atas sebagai berikut :
1) Waktu dalam sistem : waktu turut menentukan hasil belajar siswa, halini
sejalan dengan penggunaan pendekatan acuan norma. Jika penyediaan waktu lebih
fleksibel maka hasilnya akan lebih merata dan memungkinkan siswa mendapat hasil
belajar yang lebih baik.
2) Kebutuhan- kebutuhan individu siswa : kebutuhan individu siswa kadang-
kadang digunakan sebagai kriteria untuk mengontrol hasil belajar. Itu berarti,
jika hasil belajar menunjukkan kesesuaian dengan tujuan-tujuan yang
berdeferensi tersebut, maka dapat ditafsirkan bahwa kebutuhan individu telah
mendapat pertimbangan.
3) Penguasaan isi atau tujuan : penguasaan tujuan merupakan faktor logis dalam
memilih kontrol hasil. Ketercapaian tujuan pengajaran merupakan kriteria dalam
mengontrol produk belajar yang telah diperoleh.
c. Sistem kontrol
Ada 3 bentuk kontrol yang dapat dipadukan pelaksanaannya
1 ) Prescriptive control : control dilakukan terhadap semua option didalam
rencana pengajaran secara keseluruhan, termasuk juga control terhadap
langkah-langkah algoritmik dan kemungkinannya yang bakal terjadi dalam
keseluruhan pengajaran.
2 ) Democratic control : bentuk ini berdasarkan pada konsep keikutsertaan
pembuatan keputusan. Orang yang paling besar partisipasinya adalah siswa itu
sendiri. Mereka membuat keputusan biasanya dipengaruhi oleh nasehat guru dan
mungkin juga para pembimbing.
3 ) adaptive control : bentuk ini berdasarkan asumsi bahwa tidak semua hal
direncanakan dan juga tidak semua hal dibebankan pada siswa. Keputusan dibuat
secara sistematik, tetapi berpijak pada bagaimana performance siswa.
10.
Macam-Macam Alat Evaluasi
Secara umum alat evaluasi yang digunakan un tuk mengukur kemampuan siswa dibagi
menjadi dua yaitu, tes dan non tes. Tes adalah alat atau teknik daloamj
melakukan evaluasi yang berupa soal-soal yang dikerjakan peserta tes. Non tes
adalah sebuah alat evaluasi yang berupa perintah dilakukan oleh peserta tes.
Selanjutnya dijabartkan di bawah ini.
A. Tes
Secara umum, tes dibagi menjadi tiga :
1. Tes non verba
2. Tes lisan
3. Tes tertulis
Dilihat dari jumlah orang:
1. Perorangan
2. Tes kelompok
Dilihat dari segi pembuatannya:
1. Tes buatan : Tes yang dibuat oleh guru.
2. Tes standar : Tes yang telah distandarisasikan.
Dilihat dari bentuk :
1. Tes Uraian
Ada dua macam tes uraian:
1. Uraian terbatas: uraian yang menghendaki jawaban singkat.
Contoh: sebutkan unsure-unsur intrinsik novel
2. Uraian bebas: uraian yang menghendaki jawaban bebas.
Contoh: menurut anda bagaimana perkembangan novel di Indonesia?
Kelebihan tes uraian.
1. Pembuatannya mudah
2. Dapat menilai kemampuan berpikir dan penyampaian gagasan siswa.
3. Kemungkinan menerka-nerka kecil
Kelemahan tes uraian:
1. Membutuhkan waktu lama untuk mengoreksinya.
2. Subyektifitasnya tinggi.
3. Pengoreksi hanya orang yang menguasai materi itu.
2. Tes obyektif
Tes onjektif mempunyai banyak macam yaitu:
1. B-S
Yaitu berupa pernyataan dan sisa di minta untuk memilih apakah pernyataan
tersebut benar atau salah.
Contoh: Ronggeng Dukuh Paruk merupakan salah satu cerpen karya Ahmad Tohari.
Jawaban: S
2. Pilihan ganda
yaitu tes yang menghaduirkan beberapa pilihan dalam satu soal dan siswa diminta
memilih satu jawaban yang paling benar. Tes ini mempunyai empat macam yaitu:
a. Distracturs, yaitu soal yang menghadirkan beberapa pilihan dan hanya ada
satu jawaban benar, dan yang lain sebagai pengecoh.
Contoh:
Bunga dapat digolongkan sebagai kata….
a. sifat
b. benda
c. bilangan
d. kerja
Jawaban: B
b. Variasi negatif, yaitu soal yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban
benar dan satu jawaban salah dan siswa diminta memilih jawaban yang salah
tersebut.
Contoh:
Di bawah ini terdapat kalimat baku, kecuali….
a. aku sedang membeli obat di apotik
b. Dia tidak paham dengan apa yang aku katakan
c. Dokter Andi praktek di dekat rumahku
d. Nasehatku tidsak pernah dia dengar
Jawaban: A
c. Variasi berganda, yaitu soal yang semua jawabannya benar tetapi hanya satu
yang sempurna.
Contoh:
Di bawah ini unsur intrinsik novel adalah….
a. alur, plot, latar
b. plot, perwatakan, alur
c. alur, latar, perwatakan
d. setting, latar, alur
Jawaban: C
d. Analisis hubungan antarhal, yaitu soal yang terdiri dari dua gagasan dalam
satu pernyataan.
Contoh:
Pilihlah:
a, jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya berhubungan
b, jika pernyataan benar, alasan salah, dan keduanya berhubungan
c, jika pernyataan benar, dan alasan salah
d, jika pernyataan salah dan alasan benar
e, jika pernyataan salah dan alasan salah
Soal: SIM disebut akronim karena merupakan singkatan yang berupa gabungan
huruf, yang diperlakukan sebagai kata.
Jawaban: A
3. Isian singkat, yaitu soal yang berupa pernyataan yang tidak lengkap sehingga
siswa harus melengkapinya.
Contoh:
Ide pokok yang terdapat pada akhir paragraph disebut paragraf….
Jawaban: induktif
4. Menjodohkan, yaitu soal yang
berupa satu lajur soal dan satu lajur jawaban, dan siswa diminta untuk
menjodohkan kedua lajur tersebut.
Contoh:
1. Pantun a. singkatan
2. ASI b. Unsur intrinsik
3. Skimming c. Puisi lama
4. –kah d. Karangan persuasi
5. Latar e. Partikel
6. Iklan f. Imbuhan
g. membaca sekilas
h. akronim
Jawaban:
1 – c
2 – h
3 – g
4 – e
5 – b
6 – d
5. Tes Rumpang
Yaitu tes yang berupa paragraf dan setiap kalimat terdapat kata yang
dihilangkan, dan siswa diminta untuk mengisi kata-kata yang hilang tersebut.
Contoh:
Pertanian itu sangat penting dalam kehidupan. Kita dapat bertahan hidup (1) …
petani yang menghasilkan (2)… makanan. Penelitian dalam bidang pertanian (3) …
digalakkan. Namun, anehnya banyak orang (4) … meninggalkan bidang pertanian
ini. Tenaga (5)… dalam bidang pertanian mulai (6)…. Oleh karena itu, bidang (7)
… harus mendapatkan penanganan yang (8) ….
Jawaban:
1. berkat
2. bahan
3. juga
4. mulai
5. kerja
6. berkurang
7. pertanian
8. sungguh-sungguh.
Kelebihan tes objektif:
1. Mudah dalam pengoreksian
2. Pemberian skor mudah
3. Jawaban mutlak
4. Dapat dikoreksi oleh orang lain
5. Unsur subyektifitasnya kecil
Kelemahan tes objektif:
1. membuthkan waktu lama dalam pembuatannya
2. kemungkinan menerka-nerka sangat besar
B. Nontes
Dalam alat evaluasi nontes, juga terdapat beberapa macam kegiatan, misalnya:
1. Observasi: siswa diminta untuk melakukan
pengamatan dan pencatatan terhadap
suatu fakta yang diselidiki.
Observasi di bagi menjadi tiga:
a) langsung
b) tidak langfsung
c) partisipasi
2. Wawancara: siswa diminta untuk melakukan tanya jawab kepada narasumber yang
mengetahui tentang gejala yang sedang diselidiki
3. Angket: siswa diminta untuk menuliskan tentang sikap dan pendapatnya
berkaitan dengan pernyataan yang diajukan.
4. Skala sikap: digunakan untuk mengevaluasi sikap siswa.
5. Check list: yaitu dadftar yang berisi subyek dan aspek yang diamati. Jika
aspek itu ada, beri tanda check (V)
6. Portofolio: memeriksa kumpulan hasil kerja siswa dalam suatu kurun waktu
tertentu.
Kesimpulan
Secara
umum dapat dikemukakan bahwa testing bahasa atau language testing secara garis Hal
lain yang penting dilakukan adalah pengujian validitas test dan realibitas
test. Rangkaian pengujian alat evaluasi ini bermakna diterima atau tidaknya
sebuah instrumen pengujian. Banyak diantara pengajar bahasa yang menganggap
bahwa tes bahasa tidak memerlukan tahapan pengujian yang sering dipandang
rumit. Hal tersebut amat di sayangkan apabilah dikaitkan dengan manfaat dari
sistem pengujian itu.
Paparan umum dari validitas di
atas tentu saja berlaku untuk tes bahasa, termasuk di dalamnya tes bahasa
indonesia. Dalam pengujian instrumen evaluasi pengajaran bahasa indonesia,
setidaknya uji empirik di atas bisa dilakukan secara sederhana, namun tetap
memenuhi kriteria alat evaluasi yang dapat dipertanggung jawabkan. .
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa, selain
untuk mengadakan perbaikan. Oleh karena itu, kegiatan evaluasi hendaknya
memperhatikan tujuan pembelajaran, karakteristik evaluasi, macam-macam alat
evaluasi, teknik-teknik evaluasi, dan strategis kontrol pembelajaran.
Sumber: http://sastrabunyi.blogspot.com/2012/11/evaluasi-pembelajaran-bahasa.html