Tadi sore (sebelum memposting artikel ini), saya sempat
berkunjung ke sebuah pameran buku. Di dalamnya banyak buku yang dijual
mulai dari buku lama hingga buku terbaru. Ruangannya nyaman, sehingga saya
sebagai salah satu pengunjung merasa lupa waktu. Ditambah lagi musik yang menarik memang benar-benar memanjakan para para pengunjung.
Seperti biasa, tiap datang ke toko buku, saya tidak langsung
membeli. Awalnya saya berkeliling, melihat semua judul buku dan mencari yang paling
menarik. Setelah menemukan buku yang menurut saya tepat barulah saya membelinya
dan pulang. Kebetulan saya hanya membeli 1 buah buku.
Sesampainya di rumah, saya baru menyadari sesuatu. Waktu
melihat-lihat buku di rak bahasa tepatnya di kumpulan kamus bahasa, saya
menemukan banyak sekali buku dan kamus dari berbagai bahasa, diantaranya, mandarin,
jepang, inggris dll. Sebagai alumni PBA tentu saja saya mencari buku-buku yang
berkaitan dengan bahasa Arab. Ternyata buku yang berkaitan tentang bahasa Arab
sangat-sangat minim atau sedikit.
Saya pun kembali ke sana dan berusaha mencari kembali dengan seksama. Setelah
hampir putus asa mencari akhirnya kutemukan juga buku yang berkaitan dengan
bahasa Arab. Namun sayang, jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan buku mengenai
bahasa-bahasa yang lainnya. Benar-benar mengharukan.
Saya tau, ini adalah tugasnya para
marketer, yang mampu melihat kondisi pasar. Yang
pada akhirnya
buku-buku tentang bahasa Arab sangat jarang diminati dan diyakini
tidak
menghasilkan keuntungan yang signifikan. Sangat berbeda dengan hasil penjualan
kamus korea dan buku-buku tentang asmara yang penjualannya semakin meningkat.
Kemudian dengan mengetahui bahwa
keuntungan dari penjualan buku bahasa Arab sangat sedikit, kita jadi tahu.
Bahwa sangat sedikit orang yang menyukai belajar bahasa Arab. Teman-teman sekalian, apa sebenarnya masalah yang terjadi
sehingga sedikit sekali orang yang meminati bahasa ini.
Setelah melakukan analisis dan
pencarian
yang panjang, ahirnya saya temukan sebuah artikel yang
membahas tentang “mengapa bahasa Arab kurang peminat”.
Bersumber dari : http://ikhwangrafis.blogspot.co.id/2014/05/jangan-belajar-bahasa-Arab-mahasiswa.html?showComment=1459488363460#c2354322281715246433
1. Anggapan Bahwa Bahasa Arab itu Susah
Anggapan seperti ini memang sering kita
dengar dari orang-orang yang pernah belajar bahasa Arab. Entah itu dari
kalangan santri ataupun mahasiswa. Meskipun pada kenyataannya kita akui bahasa
ini memang sulit untuk dikuasai tapi sebagai calon guru bahasa Arab tidak
sepantasnya kita terlalu meyakini apalagi memberikan doktrin seperti itu pada
murid kita. Jika calon guru saja berfikir seperti itu, bagaimana dengan para
muridnya? . Akhirnya merekapun jauh dari kecintaan terhadap bahasa Arab.
2. Bahasa Arab itu Khusus untuk Anak Pesantren
Pasti pernah ki’ dengar itu toooh!!! Memang
hal tersebut tidak dapat kita pungkiri bahwa pesantren memang sarangnya pelajaran
bahasa Arab. Tapi seiring berjalannya waktu, sekarang ini sekolah berbasis umum
pun telah memasukkan bahasa Arab pada salah satu mata pelajaran Muloknya.
Seperti SMA Negeri 2 Parepare dan SMA Negeri 1 Model Parepare. Tapi meskipun
demikian tetap saja popularitas pelajaran bahasa Arab
masih kalah dengan bahasa Inggris dan Korea yang semakin diminati banyak
kalangan.
3. Sistem Belajar yang Masih Tradisional
Bukan untuk membanding-bandingkan, tapi untuk melihat kenyataan.
Coba lihatlah dilapangan, sudah berapa banyak klub-klub belajar bahasa asing
yang menawarkan metode-metode canggih yang memudahkan mereka untuk menguasai
bahasa tersebut. Kursus bahasa inggris misalnya, mereka terus bersaing
memberikan terobosan baru untuk menarik para calon siswanya. Sedangkan dalam
pembelajaran bahasa Arab, tak ada trobosan yang berarti. Sistem belajar yang
masih tradisional. Bukan bermaksud untuk merendahkan sistem ini. Tapi
setidaknya kita harus realistis melihat lapangan. Jika ingin bahasa ini kuat,
maka metode dan medianya harus lebih kreatif dan inovatif.
Jika cinta bahasa Arab mari kita kreatif.
4. Para Sarjana yang Kurang Kontribusi
Buku “Ragam Permainan Edukatif Pembelajaran
Bahasa Arab” serta buku saku kosakata yang
telah saya buat ternyata belum cukup merangsang teman-teman dan para alumni PBA
untuk mencoba berpikir membuat hal kreatif lainnya bagi bahasa Arab. Untuk
tingkat ‘hiwar’ atau berkomunikasi saja tidak mau, malu gare’. Kondisi ini diperparah bahwa mereka kagum
melihat mahasiswa jurusan sebelah berdiskusi dengan bahasa asing lain, tapi
malu saat mereka menerapkan bahasa Arab didepan banyak orang. Apakah ini yang
dinamakan cinta bahasa Arab?.
5. Konspirasi Kaum Kuffar untuk Menghilangkan Pengaruh Bahasa Arab
Jika sebelumnya adalah faktor internal dari bahasa Arab itu
sendiri. Maka analisis saya yang terakhir adalah eksternal yakni adanya
konspirasi global yang digencarkan untuk menghapus keotentikan bahasa Arab.
Inilah yang terjadi di Turki. Saat masih berbentuk khilafah, turki dulunya
masih mengadopsi banyak bahasa Arab, namun setelah kaum sekuleris masuk dan
memimpin pemerintahan, jadi bahasa Arab dikikis sedikit demi sedikit. Dengan
mengusung takeline “nasionalisme” akhirnya mereka mampu menjauhkan masyarkat
turki dengan bahasa Arab. Setelah dijatuhkan, maka ditonjolkanlah bahasa-bahasa
yang seolah membawa “kehidupan” untuk mereka yang menguasainya. Apalagi media
sekarang seolah ingin menunjukan sebuah kalimat “Jangan belajar bahasa Arab!”.
Ini disebabkan karena pengaruh bahasa Arab terhadap pemahaman agama islam
sangat besar. Dan menurut mereka bahasa Arab juga harus ditumpas.
-------------------------------------------------
Saya juga belum terlalu
mahir dibidang ini. Tapi setidaknya kita tunjukan kebanggan, kepedulian dan
kontribusi untuk terus mengembangkan pembelajaran bahasa Arab yang baik dan
benar serta mengusung kreatifitas dalam menyebarluaskannya. Wallahu ‘alam bi
shawwab.
by. Rahim Alwasilah
1 komentar:
testing
Posting Komentar