Meraih Kemenangan Dengan Ketaatan
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ
بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا,
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ
يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ,
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ,
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي
تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًايَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيمًا.
أَمَّا بَعْدُ
Allahu Akbar…Allahu Akbar… Allahu Akbar…
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Pertama-tama, kami berwasiat kepada diri sendiri, kemudian
kepada para jama’ah, hendaklah kita tetap bertakwa kepada Allah Ta’ala
dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita.
Allah Ta’ala telah menganugerahkan kepada kita dîn (agama) yang
mulia ini, yaitu al-Islam. Allah telah menyempurnakan dan ridha Islam
menjadi agama kita, dan sungguh, Allah Ta’ala telah menyempurnakan
nikmat-Nya kepada kita.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ
دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ
دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agamamu. (Qs al-Mâidah/5:3).
Pada hari yang berbahagia ini, kaum Muslimin di seluruh
pelosok dunia, hingga pojok-pojok kota-kota, bahkan sampai ke pelosok desa dan
gunung-gunung, semua membesarkan asma Allah Ta’ala, mengumandangkan takbir,
tahlil dan tahmid. Kita dengar, lantunan kalimat ini menggetarkan
angkasa dan merasuk ke dalam hati kita. Subhanallah, kaum Muslimin
seluruhnya melantunkan syukur atas kenikmatan yang dianugerahkan Allah Ta’ala,
setelah sebelumnya melaksanakan ibadah di bulan yang dimuliakan, yaitu ibadah
di bulan Ramadhan. Kemenangan ini, insya Allah kita raih, yang tidak lain
dengan meningkatkan takwa dan amal shalih. Dan jadilah diri kita sebagai insan
yang benar dalam keimanan. Maka, hendaklah kita juga bersyukur, karena Allah Ta’ala
telah memberikan hidayah kepada kita berupa akidah yang benar, sementara itu
masih banyak orang yang tidak mendapatkannya.
Ketahuilah! Akidah kita merupakan akidah yang paling kuat,
amalan kita merupakan amalan yan paling sempurna, dan tujuan hidup kita
merupakan tujuan yang paling mulia. Akidah kita, yaitu beriman kepada Allah Ta’ala,
kepada para malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada
hari akhir dan beriman terhadap takdir Allah, takdir yang buruk maupun takdir
baik.
Kita beriman kepada Allah Ta’ala, nama-nama-Nya dan
sifat-sifat-Nya. Karena kita dapat menyaksikan tanda-tanda-Nya pada segala
sesuatu yang menunjukkan bahwa Allah itu Ahad. Hanya satu.
Pada diri manusia terdapat tanda, di langit, di bumi, pada
perputaran siang dan malam, pada tiupan angin, pada arak-arakan awan yang
diterbangkan antara langit dan bumi, dan pada semua makhluk, sungguh terdapat
tanda-tanda yang menunjukkan keesaan Allah Ta’ala, menunjukkan
kemahakuasaan-Nya, rububiyah-Nya, keluasan ilmu, hikmah, dan menunjukkan
kemahamurahan Allah Ta’ala. Karena alam raya ini tidak mungkin ada
dengan sendirinya atau ada dengan tiba-tiba. Alam raya ini pasti ada yang
menciptakan dan mengaturnya. Dia-lah Allah Rabbul-’Âlamin yang tidak
sekutu bagi-Nya.
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Amalan kita, juga merupakan amalan yang paling sempurna,
karena kita beramal di bawah bimbingan cahaya Allah Ta’ala dan dengan
pedoman yang jelas, mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan para khulafa`ur-rasyidin yang telah mendapatkan petunjuk.
Oleh karena itu, hendaklah kita berjalan sebagaimana mestinya. Tegakkan dan
jagalah shalat, karena shalat merupakan tiang agama! Seseorang yang
meninggalkan shalat, maka dia tidak mendapatkan kebaikan apapun dalam Islam.
Jagalah shalat, dan jangan mengabaikannya. Barangsiapa meninggalkan dan
mengabaikan shalat, berarti ia termasuk yang disebutkan firman Allah Ta’ala,
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ
أَضَاعُوا الصَّلاَةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا . إلا من تاب وءامن
وعمل صالحا فأولائك يدخلون الجنة ولايظلمون شيئا
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang
menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan
menemui kesesatan. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal
shalih, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan)
sedikitpun. (Q.s. Maryam/19: 59-60).
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Begitu pula, hendaklah kita tunaikan zakat sebagaimana
mestinya, jangan mengurangi. Berikan zakat itu kepada yang berhak menerimanya.
Ingatlah, zakat ini sangat penting untuk kita tunaikan. Karena dalam
banyak ayat, perintah menunaikan zakat disandingkan dengan perintah
melaksanakan shalat. Oleh karena itu, kita jangan bakhil dalam memberikan
zakat. Jika berbuat bakhil, maka pada hari Kiamat nanti, harta itu akan
dipikulkan di pundak sebagai balasan bagi orang orang yang bakhil.
Sebagai kaum Muslimin, kita juga diperintahkan untuk
berpuasa dan menunaikan haji. Maka, hendaklah kita jalankan sebagaimana yang
diperintahkan oleh Allah Ta’ala.
Dan semua ini merupakan rukun Islam. Seseorang yang
mengamalkan dan menjaga rukun-rukun ini, ia akan diberi kemudahan oleh Allah Ta’ala
dalam melakukan amalan-amalan lainnya yang merupakan bagian dari rukun-rukun
itu. Dia akan merasa lapang dadanya manakala harus menjalankan perintah Allah Ta’ala
ataupun jika harus menjauhi larangan-Nya. Akan tetapi, sebaliknya seseorang
yang tidak melaksanakan dan tidak menjaga rukun-rukun ini, maka jiwanya akan
sesak. Dia akan merasa berat dan sulit dalam melakukan amalan-amalan lainnya.
Oleh karena itu, kita berdoa, semoga Allah Ta’ala menjadikan diri kita
termasuk orang-orang yang diberi kemudahan untuk menjalani perintah Allah Ta’ala
dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dengan demikian, kita akan mendapatkan
akhir yang menggembirakan. Yaitu berupa ridha Allah Ta’ala dan
kebahagiaan abadi di akhirat.
Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ
أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Qs an-Nahl/16: 97).
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Jika kita bertanya kepada seseorang tentang harapannya, maka
tentu ia mengatakan ingin mendapatkan kehidupan yang bahagia, dan meninggal
dengan membawa nama yang harum. Kemudian, jika dibangkitkan oleh Allah, ia
berharap agar dibangkitkan dalam keadaan selamat dari siksa. Harapan ini, pasti
akan didapatkan orang-orang yang beriman kepada Allah, yang beramal shalih
dengan ikhlas. Hal itu sangat mudah dicapai oleh orang-orang yang diberi
kemudahan oleh Allah Ta’ala. Maka janganlah kita menunda untuk menggapainya.
Segeralah melangkah, dengan selalu berpegang teguh dengan agama kita yang mulia
ini. Karena sesungguhnya, berpegang teguh dengan agama, akan menjamin kehidupan
yang baik dan pahala yang besar. Sebuah kehidupan penuh kemenangan, kemuliaan
dan kesejahteraan.
Satu bukti yang paling besar dan telah nyata, yaitu Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus di tengah-tengah sebuah
kaum yang ummi dan terbelakang. Namun tatkala kaum ini berpegang teguh
dengan agama ini, tidak lama kemudian, mereka berubah menjadi yang terdepan
dalam ilmu, perilaku dan peradabannya. Setelah sebelumnya menjadi kaum yang
hina, kemudian mereka memimpin manusia dengan penuh kemuliaan. Mereka menjadi
yang terdepan setelah sebelumnya terbelakang. Dan agama yang dipegangi pemimpin
itu senantiasa terjaga dalam Kitab Allah Ta’ala dan Sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Oleh karena itu, jika saat ini kaum Muslimin berpegang teguh
dengan dinul-Islam dengan benar, mengamalkannya dalam segala bidang
kehidupan, niscaya kaum Muslimin akan pemimpin di bumi ini, sebagaimana para
pendahulu mereka.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَيَنصُرَنَّ اللهُ مَن يَنصُرُهُ
إِنَّ اللهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ. الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي اْلأَرْضِ أَقَامُوا
الصَّلاَةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ
الْمُنكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ اْلأُمُورِ
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong
(agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa.
(Yaitu)orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi,
niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang
ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali
segala urusan. (Qs al-Hajj/22:40-41).
Akan tetapi, yang sangat menyesalkan, banyak kandungan
syariat Islam yang diremehkan kaum Muslimin. Banyak kaum Muslimin yang
menyimpang dan berpaling dari ajaran Islam, kemudian lebih memilih
pedoman-pedoman yang bukan milik Allah Ta’ala. Akibatnya, banyak yang
kemudian tersesat, dan bahkan menyesatkan. Tersesat dari kebenaran, sehingga
umat tercerai-berai. Simpul persatuannya mulai terlepas satu per satu. Kaum
Muslimin menjadi sasaran para musuh, dan menjadi kaum yang hina setelah
sebelumnya mulia. Kaum Muslimin menjadi kaum yang lemah setelah sebelumnya
kuat. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Maka menjadi kewajiban kita
untuk mengembalikan kemuliaan Islam dan kaum Muslimin. Yaitu membulatkan tekad
untuk berpegang teguh dengan syariat yang telah ditetapkan Allah Ta’ala,
mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mengikuti
jalan para khulafa`ur-rasyidin. Karena dari sanalah kita akan
mendapatkan kembali dinul-Islam dengan segala kebaikannya.
Di antara kebaikan agama ini, yaitu adanya hari raya yang
membahagiakan. Hari yang menjadi penutup puasa dan sebagai permulaan bulan
haji. Hari, saat kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia keluar dari rumahnya
menuju tanah lapang untuk melaksanakan shalat ‘Idul-Fithri. Dengan hati
gembira, penuh suka cita mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid,
disebabkan anugerah nikmat yang diterimanya dari Allah Ta’ala. Anugerah
besar, berupa keberhasilan melaksanakan puasa saat siang hari bulan Ramadhan
dan shalat pada malam harinya. Dan kini, saat berbahagia itu datang. Seluruh
kaum Muslimin mengagungkan Allah Ta’ala, berdzikir memuji-Nya, dan
membuktikan rasa cinta dan rasa syukurnya kepada Allah yang bergelora dalam
dadanya. Kaum Muslimin erbaik sangka kepada Allah Ta’ala, karena Allah Ta’ala
itu sesuai dengan persangkaan hamba-Nya. Dengan berharap bisa mendapatkan semua
kebaikan dari Allah Ta’ala, karena Allah Ta’ala pemilik semua
kebaikan. Mereka pun memohon kepada Allah yang telah memberikan kekuatan kepada
mereka beramal, agar Allah berkenan menerima amalan yang telah mereka perbuat,
dan berharap agar dimasukkan ke dalam golongan orang-orang beruntung.
Jama’ah shalat ‘Idul-Fithri yang berbahagia,
Sebelum mengakhiri khutbah ini, kami ingin memberikan
nasihat kepada kaum wanita, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah memberikan nasihat kepada para wanita.
Hendaklah kaum wanita bertakwa kepada Allah Ta’ala
pada urusan wanita itu sendiri. Hendaklah kaum wanita menjaga aturan-aturan
Allah, memelihara hak-hak para suami dan anak-anaknya.
Ingatlah! Wanita shalihah itu, ialah wanita yang taat dan
menjaga apa yang harus dijaganya saat suami tidak ada. Seorang wanita jangan
silau dan terpedaya dengan perilaku sebagian wanita yang senang keluar rumah
(misal ke pasar, atau ke tempat lainnya) dengan dandanan norak, bau semerbak
menusuk hidung, pamer kecantikan, atau dengan mengenakan pakaian tipis
transparan.
Ingatlah! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ
أَرَهُمَا (وَذَكَرَ) وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ
مَائِلَاتٌ مُمِيلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا
يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا
Ada dua kelompok penduduk neraka yang belum pernah aku lihat
(lalu beliau n menyebutkan) wanita berpakaian tetapi telanjang, berjalan dengan
lenggak-lenggok, kepala mereka bagaikan leher unta meliuk-liuk. Mereka tidak
masuk surga dan tidak mendapatkan aroma surga.
(H.R. Muslim).
Sehingga, jika seorang wanita terpaksa harus pergi ke pasar,
maka berjalanlah dengan tenang, jangan berdesakan dengan kaum lelaki, jangan
bersuara keras, dan jangan pula mengenakan pakaian yang dibenci pada anakmu,
dan begitu pula jangan meniru pakaian kaum lelaki. Karena Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam melaknat perempuan yang meniru kaum laki-laki, dan juga
kaum laki-laki yang meniru gaya kaum perempuan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan
kaum wanita,
رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ
النَّارِ ِلأَنَّكُنَّ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ
Aku melihat kebanyakan penghuni neraka itu adalah kalian.
Kalian sering melaknat dan kufur terhadap suami. (H.R. al Bukhari Muslim).
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
بِأَنَّا نَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ
اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ
الأَحَدُ الصَّمَدُ
الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ ,
يَامَنَّانُ يَابَدِيْعَ السَّمَوَاتِ
وَالأَرْضِ
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا
ذَاالْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ
أَنْ تَمُنَّ عَلَيْنَا بِمَحَبَّتِكَ
وَالإِخْلاَصِ لَكَ
وَمَحَبَّةِ رَسُوْلِكَ
وَالاِتِّبَاعِ لَهُ
وَمَحَبَّةِ شَرْعِكَ وَالتَّمَسُّكِ
بِهِ
اللَّهُمَّ يَامُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ
ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ ,
يَامُصَرِِّفَ الْقُلُوْبِ صَرِّفْ
قُلُوْبَنَا إِلَى طَاعَتِكَ
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا
الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا
وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي
فِيْهَا مَعَاشُنَا
وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ
إِلَيْهَا مَعَادُنُا
وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا
فِي كُلّ خَيْرٍ
وَالْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ
شَرٍّ
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا
صِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَأَعِدْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ هَذَا الْيَوْمِ
وَأَعِدْ أَمْثَالَهُ عَلَيْنَا
وَنَحْنُ نَتَمَتَّعُ بِاْلإِيْمَانِ وَالأَمْنِ وَالْعَافِيَةِ
0 komentar:
Posting Komentar