Mengenai pengertian pendidikan life skill atau pendidikan kecakapan
hidup terdapat perbedaan pendapat, namun esensinya tetap sama. Brolin
(1980) life skill atau kecakapan hidup adalah sebagai kontinum
pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar menjadi
independen dalam kehidupan. Pendapat lain mengatakan bahwa life skill
merupakan kecakapan yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat
bahagia dalam kehidupan.
Malik fajar (2002) mengatakan bahwa life skill adalah kecakapan yang
dibutuhkan untuk bekerja selain kecakapan dalam bidang akademik.
Sementara itu team Broad Base Education depdiknas mendefinisikan bahwa
life skill adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang agar berani dan
mau menghadapi segala permasalahan kehidupan dengan aktif dan proaktif
sehingga dapat menyelesaikannya.
Sedangkan Slamet PH mendefinisikan life skill adalah kemampuan,
kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk
menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Kecakapan tersebut
mencakup segala aspek sikap perilaku manusia sebagai bekal untuk
menjalankan kehidupannya.
Pendidikan life skill adalah pendidikan yang memberikan bekal dasar
dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang
nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan dan berguna bagi perkembangan
kehidupan peserta didik. Dengan demikian pendidikan life skill harus
dapat merefleksikan kehidupan nyata dalam proses pengajaran agar peserta
didik memperoleh kecakapan hidup tersebut, sehingga peserta didik siap
untuk hidup di tengah-tengah masyarakat.
Sedangkan pelaksanaan pendidikan life skill adalah bervariasi , disesuaikan dengan kondisi anak dan lingkungannya, namun memiliki prinsip-prinsip umum yang sama. Berikut ini adalah prinsip umum pendidikan life skill, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan pendidikan di Indonesia :
1. Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku.
2. Tidak harus dengan mengubah kurikulum, tetapi yang diperlukan adalah penyiasatan kurikulum untuk diorientasikan dan diintegrasikan kepada pengembangan kecakapan hidup.
3. Etika-sosio-religius bangsa dapat diintegrasikan dalam proses pendidikan.
4. Pembelajaran menggunakan prinsip learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
5. Pelaksanaan pendidikan life skill dengan menerapkan menejemen berbasis sekolah (MBS).
6. Potensi wilayah sekitar sekolah dapat direfleksikan dalam penyelenggaraan pendidikan, sesuai dengan prinsip pendidikan kontekstual dan pendidikan berbasis luas (broad base education).
7. Paradigma learning for life and school to work dapat dijadikan dasar kegiatan pendidikan, sehingga terjadi pertautan antara pendidikan dengan kehidupan nyata peserta didik.
8. Penyelenggaraan pendidikan harus selalu diarahkan agar peserta didik menuju hidup yang sehat, dan berkualitas, mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang luas serta memiliki akses untuk mampu memenuhi hidupnya secara layak.
B. Pendidikan Life Skill Sebagai Upaya untuk Mencapai Tujuan Pendidikan Nasional.
Secara normatif, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sedangkan tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak yang mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sedangkan pelaksanaan pendidikan life skill adalah bervariasi , disesuaikan dengan kondisi anak dan lingkungannya, namun memiliki prinsip-prinsip umum yang sama. Berikut ini adalah prinsip umum pendidikan life skill, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan pendidikan di Indonesia :
1. Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku.
2. Tidak harus dengan mengubah kurikulum, tetapi yang diperlukan adalah penyiasatan kurikulum untuk diorientasikan dan diintegrasikan kepada pengembangan kecakapan hidup.
3. Etika-sosio-religius bangsa dapat diintegrasikan dalam proses pendidikan.
4. Pembelajaran menggunakan prinsip learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
5. Pelaksanaan pendidikan life skill dengan menerapkan menejemen berbasis sekolah (MBS).
6. Potensi wilayah sekitar sekolah dapat direfleksikan dalam penyelenggaraan pendidikan, sesuai dengan prinsip pendidikan kontekstual dan pendidikan berbasis luas (broad base education).
7. Paradigma learning for life and school to work dapat dijadikan dasar kegiatan pendidikan, sehingga terjadi pertautan antara pendidikan dengan kehidupan nyata peserta didik.
8. Penyelenggaraan pendidikan harus selalu diarahkan agar peserta didik menuju hidup yang sehat, dan berkualitas, mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang luas serta memiliki akses untuk mampu memenuhi hidupnya secara layak.
B. Pendidikan Life Skill Sebagai Upaya untuk Mencapai Tujuan Pendidikan Nasional.
Secara normatif, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sedangkan tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak yang mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan tujuan tersebut, maka peranan dan fungsi serta tugas dari
pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah adalah mempersiapkan
peserta didik agar mampu : (1) mengembangkan kehidupan sebagai pribadi,
(2) mengembangkan kehidupan untuk bermasyarakat, (3) mengembangkan
kehidupan untuk bernegara dan berbangsa, (4) mempersiapkan peserta didik
untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Konsekuensinya adalah apa
yang diajarkan harus menampilkan sosok utuh keempat kemampuan tersebut.
Maka untuk menjawab tantangan diatas, Pendidikan life skill muncul
sebagai alternatif dan usaha untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
tersebut.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, diperlukan upaya-upaya
yang menjembatani antara siswa dengan kondisi serta realitas dalam
kehidupan nyata. Kurikulum yang ada saat ini atau yang disebut dengan
kurikulum berbasis Kompetensi (KBK) memang merupakan salah satu upaya
untuk menjembataninya, namun perlu ditingkatkan kedekatannya dengan
nilai-nilai kehidupan nyata. Bila demikian pertanyaannya adalah apakah
kurikulum saat ini atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tersebut
sesuai dengan atau sudah merefleksikan kehidupan nyata saat ini ? untuk
menjawab pertanyaan ini diperlukan kajian yang mendalam terhadap
kurikulum yang ada dan terhadap nilai-nilai kehidupan yang bermoral.
Kesenjangan antara keduanya (kurikulum dan tuntutan kehidupan nyata)
merupakan tambahan pengayaan yang perlu diintegrasikan terhadap
kurikulum, sehingga kurikulum saat ini benar-benar dapat merefleksikan
nilai-nilai dan tuntutan dalam kehidupan nyata peserta didik.
Pengenalan kecakapan hidup terhadap peserta didik bukanlah untuk
mengganti kurikulum, akan tetapi untuk melakukan reorientasi terhadap
kurikulum yang ada sekarang agar benar-benar dapat merefleksikan
nilai-nilai kehidupan nyata. Jadi pendidikan kecakapan hidup merupakan
upaya untuk menjembatani kesenjangan antara kurikulum dengan tuntutan
kehidupan nyata, dan bukan untuk merombaknya. Penyesuaian-penyesuaian
kurikulum terhadap tuntutan kehidupan perlu dilakukan mengingat
kurikulum memang dirancang permata pelajaran yang belum tentu sesuai
dengan tuntutan kehidupan nyata yang umumnya bersifat utuh. Selain itu,
kehidupan memilki karakteristik untuk berubah, sehingga sudah sewajarnya
jika kurikulum perlu didekatkan dengan kehidupan nyata. Dalam
pandangan ini, maka kurikulum merupakan sasaran yang bergerak dan bukan
sasaran yang diam.
Dalam arti yang sesungguhnya pendidikan life skill memerlukan penyesuaian-penyesuaian dari pendekatan supply-driven menuju ke demand driven. Pada pendekatan supply driven, apa yang diajarkan cenderung menekankan pada school based learning yang belum tentu sepenuhnya sesuai dengan nilai-nilai kehidupan nyata yang dihadapi oleh peserta didik. Pada pendekatan demand driven, apa yang diajarkan kepada peserta didik merupakan refleksi nilai-nilai kehidupan nyata yang dihadapinya sehingga lebih berorientasi kepada life skill-based learning.
Dengan demikian, kerangkah pengembangan pendidikan berbasis kecakapan hidup idealnya ditempuh secara berurutan sebagai berikut: Pertama, diidentifikasi masukan dari hasil penelitian, pilihan-pilihan nilai dan dugaan para ahli tentang nilai-nilai kehidupan nyata yang berlaku. Kedua, masukan tersebut kemudian digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan kompetensi kecakapan hidup. Kompetensi kecakapan hidup yang dimaksud harus menunjukkan kemampuan, kesanggupan dan keterampilan untuk menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya dalam dunia yang syarat dengan perubahan.
Ketiga, kurikulum dikembangkan berdasarkan kompetensi kecakapan hidup yang telah dirumuskan. Artinya, apa yang harus, seharusnya, dan yang mungkin diajarkan kepada peserta didik disusun berdasarkan kompetensi yang telah dikembangkan. Keempat, penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup perlu dilaksanakan dengan jitu agar kurikulum berbasis kecakapan hidup dapat dilaksanakan secara cermat. Hal-hal yang diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan life skill atau kecakapan hidup seperti tenaga kependidikan (guru), pendekatan-strategi-metode pembelajaran, media pendidikan, fasilitas, tempat belajar dan durasi belajar, harus siap. Kelima, evaluasi pendidikan kecakapan perlu dibuat berdasarkan kompetensi kecakapan hidup yang telah dirumuskan pada langkah yang kedua. Karena evaluasi belajar disusun berdasarkan kompetensi, maka penilaian terhadap prestasi belajar peserta didik tidak hanya dengan pencil and paper test, melainkan juga dengan performance test dan bahkan dengan evaluasi otientik.
C. Landasan Filosofis, Historis Dan Yuridis
Manusia dapat eksis dalam kehidupannya adalah karena hasil dari proses pendidikan. Proses pendidikan tersebut dilaksanakan secara sadar atau tidak sadar, disengaja atau tidak disengaja yang pasti setiap orang akan mengalami proses pendidikan. Karena pendidikan berlangsung setiap saat dimanapun berada, baik anak-anak maupun dewasa serta orang tua semuanya mengalami proses pedidikan, sebab secara alamiah setiap orang akan selalu belajar dari lingkungan dimana ia berada.
Secara filosofis pendidikan diartikan sebagai proses perolehan pengalaman belajar yang berguna bagi peserta didik, sehingga siap digunakan untuk menyelesaikan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan juga sebagai hasil transaksi, yaitu proses memberi dan mengambil, antara manusia dan lingkungan. Pendidikan merupakan proses dan dengan itu manusia mengembangkan dan menciptakan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk merubah dan memperbaiki kondisi-kondisi kemanusiaan dan lingkungannya.
Secara historis, Pendidikan sudah ada sejak manusia ada di muka bumi. Ketika sistem kehidupan masih sederhana, orang tua mendidik anaknya, atau anak belajar dari orang tuanya atau dari lingkungan sekitarnya.
Landasan Yuridis Pendidikan Life skill mengacu pada Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 1 ayat (1) dijelaskan pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jadi pada akhirnya tujuan pendidikan adalah membantu peserta didik agar nantinya mampu meningkatkan dan mengembangkan dirinya sebagai pribadi dan anggota masyarakat dalam kehidupan nyata.
Dengan demikian mata pelajaran, mata kuliah atau mata diklat harus dipahami sebagai alat bukan sebagai tujuan dalam pencapaian tujuan pendidikan. Maksudnya adalah sebagai alat untuk mengembangkan potensi peserta didik, agar pada saatnya nanti peserta didik mampu mengaktualisasikan diri dan siap menghadapi segala permasalahan kehidupan dan sanggup untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu setiap mata pelajaran harus diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan dengan membekali peserta didik keterampilan dalam memecahkan masalah.
D. Tujuan Pendidikan Life skill
Tujuan pendidikan life skill menurut Team Broad Base Education Depdiknas bahwa tujuan pendidikan life skill adalah untuk :
1. Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi.
2. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas.
3. Pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakatr, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
4. Mengembangkan potensi manusiawi peserta didik menghadapi perannya dimasa mendatang.
5. Membebankan pembelajaran yang fleksibel dan memanfaatkan potensi SDM yang ada di masyarakat dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
6. Membekali peserta didik dengan kecakapan hidup debagai pribadi yang mandiri.
Sedangkan Orientasi Life skill adalah Mata pelajaran dianggap sebagai alat bukan sebagai tujuan dan terkait langsung dengan kondisi dan potensi lingkungan. Pembelajaran dirancang untuk peningkatan keterampilan proses. Pembelajaran terpadu dan kontekstual antara teori dan kenyataan kehidupan sehari-hari. Evaluasi pembelajaran dilakukan dalam bentuk : kerja, tes perbuatan, observasi dengan pemecahan masalah mencakup uji kinerja, perilaku, kejujuran dan disiplin (bukan hanya tes tulis).
E. Hasil Yang Diharapkan
Slamet PH, memberikan harapan-harapan yang ingin dicapai dalam penerapan pendidikan life skill diantara harapan tersebut adalah : Pertama, setelah mendapat pendidikan life skill peserta didik mempunyai aset kualitas batiniyah, sikap dan perbuatan yang siap menghadapi perkembangan masa depan. Kedua, peserta didik memiliki wawasan perkembangan karir, sehingga mampu memilih, memasuki, bersaing dan maju dalam dunia kerja. Ketiga, peserta didik memiliki kemampuan untuk survival dalam kemandiriannya dan belajar tanpa bimbingan. Keempat, peserta didik memiliki tingkat kemandirian, keterbukaan, kerjasama dan akuntabilitas yang menjadi sikap mentalnya sehingga mampu hidup bahagia ditengah-tengah perkembangan zaman. Kelima, peserta didik memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
Manfaat yang diharapkan dari pendidikan life skill ada dua, yang pertama adalah manfaat bagi pribadi peserta didik, sedang yang kedua adalah manfaat bagi lingkungan dimana peserta didik itu berada atau bagi masyarakat luas. Manfaat bagi pribadi peserta didik diantaranya adalah pendidikan life skill dapat meningkatkan kualitas berpikir, kualitas kalbu dan kualitas fisik. Bagi masyarakat pendidikan kecakapan hidup dapat meningkatkan kehidupan yang maju dan madani dengan indikator-indikator adanya : peningkatan kesejahteraan sosial, pengurangan perilaku destruktif sehingga dapat mereduksi masalah-masalah sosial dan pengembangan masyarakat yang secara harmonis mampu memadukan nilai-nilai religi, teori, solidaritas, ekonomi, kuasa dan seni (cita rasa).
Dalam arti yang sesungguhnya pendidikan life skill memerlukan penyesuaian-penyesuaian dari pendekatan supply-driven menuju ke demand driven. Pada pendekatan supply driven, apa yang diajarkan cenderung menekankan pada school based learning yang belum tentu sepenuhnya sesuai dengan nilai-nilai kehidupan nyata yang dihadapi oleh peserta didik. Pada pendekatan demand driven, apa yang diajarkan kepada peserta didik merupakan refleksi nilai-nilai kehidupan nyata yang dihadapinya sehingga lebih berorientasi kepada life skill-based learning.
Dengan demikian, kerangkah pengembangan pendidikan berbasis kecakapan hidup idealnya ditempuh secara berurutan sebagai berikut: Pertama, diidentifikasi masukan dari hasil penelitian, pilihan-pilihan nilai dan dugaan para ahli tentang nilai-nilai kehidupan nyata yang berlaku. Kedua, masukan tersebut kemudian digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan kompetensi kecakapan hidup. Kompetensi kecakapan hidup yang dimaksud harus menunjukkan kemampuan, kesanggupan dan keterampilan untuk menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya dalam dunia yang syarat dengan perubahan.
Ketiga, kurikulum dikembangkan berdasarkan kompetensi kecakapan hidup yang telah dirumuskan. Artinya, apa yang harus, seharusnya, dan yang mungkin diajarkan kepada peserta didik disusun berdasarkan kompetensi yang telah dikembangkan. Keempat, penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup perlu dilaksanakan dengan jitu agar kurikulum berbasis kecakapan hidup dapat dilaksanakan secara cermat. Hal-hal yang diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan life skill atau kecakapan hidup seperti tenaga kependidikan (guru), pendekatan-strategi-metode pembelajaran, media pendidikan, fasilitas, tempat belajar dan durasi belajar, harus siap. Kelima, evaluasi pendidikan kecakapan perlu dibuat berdasarkan kompetensi kecakapan hidup yang telah dirumuskan pada langkah yang kedua. Karena evaluasi belajar disusun berdasarkan kompetensi, maka penilaian terhadap prestasi belajar peserta didik tidak hanya dengan pencil and paper test, melainkan juga dengan performance test dan bahkan dengan evaluasi otientik.
C. Landasan Filosofis, Historis Dan Yuridis
Manusia dapat eksis dalam kehidupannya adalah karena hasil dari proses pendidikan. Proses pendidikan tersebut dilaksanakan secara sadar atau tidak sadar, disengaja atau tidak disengaja yang pasti setiap orang akan mengalami proses pendidikan. Karena pendidikan berlangsung setiap saat dimanapun berada, baik anak-anak maupun dewasa serta orang tua semuanya mengalami proses pedidikan, sebab secara alamiah setiap orang akan selalu belajar dari lingkungan dimana ia berada.
Secara filosofis pendidikan diartikan sebagai proses perolehan pengalaman belajar yang berguna bagi peserta didik, sehingga siap digunakan untuk menyelesaikan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan juga sebagai hasil transaksi, yaitu proses memberi dan mengambil, antara manusia dan lingkungan. Pendidikan merupakan proses dan dengan itu manusia mengembangkan dan menciptakan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk merubah dan memperbaiki kondisi-kondisi kemanusiaan dan lingkungannya.
Secara historis, Pendidikan sudah ada sejak manusia ada di muka bumi. Ketika sistem kehidupan masih sederhana, orang tua mendidik anaknya, atau anak belajar dari orang tuanya atau dari lingkungan sekitarnya.
Landasan Yuridis Pendidikan Life skill mengacu pada Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 1 ayat (1) dijelaskan pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jadi pada akhirnya tujuan pendidikan adalah membantu peserta didik agar nantinya mampu meningkatkan dan mengembangkan dirinya sebagai pribadi dan anggota masyarakat dalam kehidupan nyata.
Dengan demikian mata pelajaran, mata kuliah atau mata diklat harus dipahami sebagai alat bukan sebagai tujuan dalam pencapaian tujuan pendidikan. Maksudnya adalah sebagai alat untuk mengembangkan potensi peserta didik, agar pada saatnya nanti peserta didik mampu mengaktualisasikan diri dan siap menghadapi segala permasalahan kehidupan dan sanggup untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu setiap mata pelajaran harus diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan dengan membekali peserta didik keterampilan dalam memecahkan masalah.
D. Tujuan Pendidikan Life skill
Tujuan pendidikan life skill menurut Team Broad Base Education Depdiknas bahwa tujuan pendidikan life skill adalah untuk :
1. Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi.
2. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas.
3. Pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakatr, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
4. Mengembangkan potensi manusiawi peserta didik menghadapi perannya dimasa mendatang.
5. Membebankan pembelajaran yang fleksibel dan memanfaatkan potensi SDM yang ada di masyarakat dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
6. Membekali peserta didik dengan kecakapan hidup debagai pribadi yang mandiri.
Sedangkan Orientasi Life skill adalah Mata pelajaran dianggap sebagai alat bukan sebagai tujuan dan terkait langsung dengan kondisi dan potensi lingkungan. Pembelajaran dirancang untuk peningkatan keterampilan proses. Pembelajaran terpadu dan kontekstual antara teori dan kenyataan kehidupan sehari-hari. Evaluasi pembelajaran dilakukan dalam bentuk : kerja, tes perbuatan, observasi dengan pemecahan masalah mencakup uji kinerja, perilaku, kejujuran dan disiplin (bukan hanya tes tulis).
E. Hasil Yang Diharapkan
Slamet PH, memberikan harapan-harapan yang ingin dicapai dalam penerapan pendidikan life skill diantara harapan tersebut adalah : Pertama, setelah mendapat pendidikan life skill peserta didik mempunyai aset kualitas batiniyah, sikap dan perbuatan yang siap menghadapi perkembangan masa depan. Kedua, peserta didik memiliki wawasan perkembangan karir, sehingga mampu memilih, memasuki, bersaing dan maju dalam dunia kerja. Ketiga, peserta didik memiliki kemampuan untuk survival dalam kemandiriannya dan belajar tanpa bimbingan. Keempat, peserta didik memiliki tingkat kemandirian, keterbukaan, kerjasama dan akuntabilitas yang menjadi sikap mentalnya sehingga mampu hidup bahagia ditengah-tengah perkembangan zaman. Kelima, peserta didik memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
Manfaat yang diharapkan dari pendidikan life skill ada dua, yang pertama adalah manfaat bagi pribadi peserta didik, sedang yang kedua adalah manfaat bagi lingkungan dimana peserta didik itu berada atau bagi masyarakat luas. Manfaat bagi pribadi peserta didik diantaranya adalah pendidikan life skill dapat meningkatkan kualitas berpikir, kualitas kalbu dan kualitas fisik. Bagi masyarakat pendidikan kecakapan hidup dapat meningkatkan kehidupan yang maju dan madani dengan indikator-indikator adanya : peningkatan kesejahteraan sosial, pengurangan perilaku destruktif sehingga dapat mereduksi masalah-masalah sosial dan pengembangan masyarakat yang secara harmonis mampu memadukan nilai-nilai religi, teori, solidaritas, ekonomi, kuasa dan seni (cita rasa).
Sumber: https://ahmadasen.wordpress.com/2009/01/26/pendidikan-life-skill/